Pringsewu,– INFONUSANTARA.co.id– Merdeka merupakan kata yang paling familiar pada bulan Agustus ini, tidak salah memang karena bulan Agustus adalah bulan dimana Bangsa Indonesia telah memproklamirkan diri sebagai Bangsa Merdeka. Kata merdeka mengacu kepada makna ‘bebas’ atau ‘lepas dari ikatan’. Sejarah mencatat, Bangsa Indonesia bebas atau lepas dari belenggu penjajahan bulan Agustus 76 tahun yang lalu dan Merdeka menjadi kata paling kata paling merah Putih dalam diri Bangsa Indonesia.
Sejak kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di Pimpin Mas Menteri milineal Nadiem Makarim, kata merdeka belajar menggelegar di dunia pendidikan. Menurut Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Iwan Syahril Ciri dan inti merdeka belajar itu sejatinya ialah penggerak dan siswa menjadi pusatnya.
Sejarah mencatat bahwa Pendidikan yang memerdekakan bukan sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sebelum kemerdekaan bangsa ini diproklamasikan pada tahun 1945, Ki Hadjar Dewantara telah mempraktikan pendidikan yang memerdekakan tersebut.
Pendidikan yang memerdekakan menurut Ki Hajar Dewantara akan menghasilkan tiga jenis manusia. Pertama, melahirkan manusia-manusia yang tidak terperintah orang lain, tetapi batinnya bisa memerintah dirinya sendiri atau timbul kesadaran dalam diri tanpa ada perintah. Kedua, melahirkan manusia-manusia yang berdiri tegak karena kekuatan sendiri atau manusia-manusia yang hidup lahir-batinnya tak tergantung kepada orang lain, tetapi bersandar pada kemampuan diri sendiri, atau mandiri, ketiga, melahirkan manusia-manusia yang cakap dalam menertibkan dirinya sendiri, sehingga tidak mengganggu kemerdekaan orang lain.
Ketiga unsur pendidikan yang memerdekakan ini merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa terpisahkan, tidak boleh satu pun unsur yang lepas dari ketiganya. Jika satu saja unsur tersebut hilang, maka makna merdeka pun tidak ada.
Guru adalah suatu Profesi dengan pengabdian pemegang amanah besar, hal ini menyangkut tanggung jawabnya yang bukan hanya di dunia, tetapi mencakup dua alam yakni Dunia dan akhirat. Guru akan merasa bahagia dan bangga jika melihat keberhasilan para siswanya. Guru merupakan seseorang yang mengabdikan diri sepenuhnya dengan iklas pada dunia pendidikan.
Guru seringkali dijadikan sebagai figur utama oleh siswa-siswanya. Guru adalah orang tua di sekolah, seorang guru selalu mendidik, membina, dan membimbing siswanya agar siswanya bisa menjadi orang yang berhasil di masa yang akan datang.
Guru tentunya memiliki siswa yang beragam, dengan berbagai keunikan yang ada, disinilah peran guru untuk bisa menghargai keunikan dan keberagaman siswanya. Seorang guru harus memberi keleluasaan bagi peserta didik untuk berkembang sesuai kodratnya masing-masing.
Sebagai guru yang dinamis dan bergerak seorang guru harus bisa merencanakan, menjalankan, merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat atau berorietasi pada siswa tentunya dengan melibatkan orang tua dalam hal ini kolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah menjadi hal yang penting.
Menurut Ki Hajar Dewantara sekolah adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan, pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan adalah fondasi pembentukan peradaban suatu bangsa sebagai tempat untuk menyemai dan merawat benih-benih Pendidikan.
Filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah memiliki inti perubahan, dalam hal ini Pendidikan dan kebudayaan itu tidak boleh statis, harus selalu dinamis sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Pertukaran kebudayaan menguatkan identitas dari masing-masing kebudayaan di mana nilai-nilai kemanusiaan merupakan sumbu utama kebudayaan.
Pendidikan yang memerdekakan ini mengandung arti bahwa manusia merdeka adalah manusia yang mampu hidup berdampingan dan bekerja sama dengan orang lain yang juga berhak untuk menikmati kemerdekaan. Manusia merdeka tidak mengganggu kemerdekaan orang lain karena dia bisa mandiri dan bisa memerdekakan dirinya sendiri.
Sebagai manusia yang merdeka harus cakap mengatur hidupnya secara tertib, Kemerdekaan dalam pendidikan bagi siswa diawali dari guru-guru yang merdeka dan sudah sudah sepatutnya kita sebagai guru harus memiliki visi pendidikan yang memerdekakan dan membebaskan siswa untuk memerdekakan diri mereka sesuai dengan karakternya masing-masing karena pada dasarnya setiap setiap siswa adalah manusia yang merdeka.(*/Yongki).